warna-warni surabaya

warna-warni surabaya
semua ceritaku di surabaya

Sabtu, 21 Mei 2011

tempat nongkrong di surabaya


TAMAN BUNGKUL SURABAYA








Banyak alasan mengapa Taman Bungkul saat ini menjadi salah satu objek wisata pilihan kota Surabaya. Fasilitas yang relatif lengkap adalah salah satu alasan mengapa Taman Bungkul tidak pernah sepi dari pengunjung sejak subuh hingga larut malam. Fasilitas seperti Hot Spot, Biker and Skater Zone, warung tenda, wartel, taman bermain hingga panggung untuk pagelaran musik dan seni ada semua disana.Taman Bungkul Surabaya merupakan salah satu taman kota yang mempunyai peranan sangat penting bagi perkembangan Kota Surabaya. Di taman inilah letak titik nol kilometer yaitu titik tengah/awal perhitungan jarak ke semua arah di Kota Surabaya. Dari pertimbangan aspek kesejarahan Taman Bungkul, awalnya taman ini terbangun karena keberadaan makam tokoh sejarah Ki Ageng Supo atau Empu Supo yang mendapat gelar Sunan Bungkul atau Mbah Bungkul. Sejak jaman kolonial keberadaan Taman Bungkul dipertahankan pemerintah kolonial bahkan disekitarnya selanjutnya didirikan kompleks perumahan warga Belanda yang dikenal dengan “Boven Stad” (Kota Atas). Kemewahan kawasan Darmo Boulevard tidak sampai menggusur makam dan Taman Bungkul, bahkan lahan hijau itu dinamai Boengkoel Park. Sejak awal taman ini telah difungsikan sebagai tempat aktivitas sosial masyarakat warga Kota Surabaya yang bersifat harian maupun temporer (insidentil).
Seiring perjalanan waktu, koridor Jalan Raya Darmo berkembang sebagai koridor komersial penting di Surabaya yang juga mempengaruhi fungsi dan peran Taman Bungkul. Pedagang kaki lima (PKL) terus bermunculan dan berlokasi di sekeliling Taman Bungkul yang menambah kesan kawasan semrawut dan menjadikan taman tidak terawat. Terganggunya fungsi taman dan kawasan secara fisik, dan sosial mendorong Pemerintah Kota Surabaya untuk mengatasi perma-salahan tersebut dengan upaya revitalisasi dengan lebih memfungsikan Taman Bungkul sebagai destinasi warga kota. Desain Taman Bungkul hadir dengan mengusung konsep ‘Sport, Education, dan Entertainment’ dengan fasilitas terdiri dari skateboard dan BMX track, jogging track, plaza (panggung untuk live performance), zona akses internet Wi-Fi, telepon umum, arena green park dengan kolam air mancur, playground dan pujasera (penataan dari PKL yang sudah ada sebelumnya) serta furniture taman (kursi, meja, signage, lampu dll).
Sejak Taman Bungkul diresmikan pada tanggal 21 Maret 2007, pengunjung terus meningkat dari segala macam usia dan latar belakang. Lokasi yang mudah dijangkau, suasana taman dan kawasan yang teduh di iklim Surabaya yang panas, keberadaan petugas keamanan 24 jam (tiga shift jaga), fasilitas yang ramah terhadap penyandang cacat dan lansia serta suasana terang di malam menjadikan Taman Bungkul mampu berfungsi sebagai destinasi baru di Kota Surabaya (Alim, 2007). Variasi event kegiatan di taman juga terus bertambah terutama kegiatan-kegiatan rutin (harian, mingguan) dan temporer (insidentil) yang digelar oleh berbagai komunitas (skateboard, BMX, bloger, dll), mahasiswa, organisasi masyarakat, partai politik maupun oleh masyarakat umum. Keramaian yang timbul kembali di taman ini berdasarkan pengamatan lapangan berpengaruh terhadap kawasan sekitar dimana perdagangan seperti FO (Factory Outlet), cafe, restoran, travel tour, dan sejenisnya lebih ramai dan mulai muncul beberapa tempat bisnis baru yang meramaikan kawasan. Pembangunan Taman Bungkul yang telah berfungsi sebagai destinasi serta mampu mendorong investor untuk melakukan bisnis disekitar taman dan mendirikan beberapa fungsi komersial baru menjadikan taman telah berfungsi sebagai katalis urban kota lama Surabaya.
Banyak juga acara-acara yang dilangsung kan di taman bungkul, dari acara musik, olahraga, dan kesenian, dll .Semua itu menjadi daya tarik tersediri dari taman bungkul surabaya, karena tempat yang sangat strategis, tapi taman bungkul jugak tidak lepas dari sorotan atau kritik dari penyalah gunaan fungsi taman kota, oleh sebagian kalangan remaja, seperti dijadikan tampat berpacaran, atau tampat berpadu kasih yang kadang para pengujung taman bungkul surabaya yang kebanyakan dari remaja tidak memperjatikan etika budaya yang ada. terlepas itu semua tamana bungkul surabaya menjadi maskot utama untuk maskot taman kota surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar